Situjuahgadang merupakan nagari pertama di Sumatera Barat yang mendeklarasikan lahirnya nagari organik. Deklarasi itu berlangsung, April 2008 silam. Saat deklarasi digelar, sempat ditargetkan, Situjuahgadang sudah menuju nagari organik pada tahun 2010 lalu.
Kendati target itu masih seperti menggantang asap dan mengukir langit, karena program pertanian yang berhubungan dengan pupuk kimia dan pestisida masih tetap berjalan di sebagian Situjuahgadang, tapi semangat menuju nagari organik tidak pernah padam.
Pemerintah Nagari Situjuahgadang, sesuai dengan rencana strategis yang sudah dibuat untuk jangka 25 tahun, tetap menggelorakan semangat pertanian organik kepada para petani yang mengolah sekitar 1.200 hektare lahan.
Tingginya semangat pemerintah nagari Situjuahgadang diapresiasi Dinas Pertanian Sumbar dan Serikat Petani Indonesia. Setidaknya, tercermin dari kehadiran Pusdiklat Pertanian Organik di Nagari Situjuahgadang, sejak beberapa waktu silam.
Kendati belum berdampak signifikan, Pusdiklat Pertanian Organik di Nagari Situjuahgadang setidaknya mulai membangkitan kebiasaan lama masyarakat, seperti tidak membakar jerami, membuat pupuk sendiri, dan menciptakan racun sendiri.
Selain masih memendam niat menjadi nagari organik, Pemerintah Nagari Situjuahgadang juga berkeinginan, memadukan sektor pertanian dengan peternakan. Ini tentu tidak keinginan yang muluk-muluk, sebab hampir setiap kepala keluarga mempunyai ternak sapi atau kerbau.
Hanya saja, untuk mendukung perpaduan peternakan dengan pertanian, pemerintah Situjuahgadang menghendaki, bantuan peternakan yang digelontorkan pemerinta, entah itu dalam bentuk hibah ataupun bagi hasil, dapat dikelolah nagari melalui Badan Usaha Nagari (BUN).
“Pengelolaannya dilakukan dengan berpedoman kepada peraturan nagari. Sehingga dengan demikian, ada perubahan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi anak nagari ke depan. Terutama dalam pengentasan kemiskinan berbasis nagari,” kata Wali Nagari Situjuahgadang Syofiarledi.
Syofiarledi yang didampingi Seknag Nagari Arion, Kaur Pemerintahan Yondrizal, Kaur Pembangunan Afrion Bustami, dan Kaur Administrasi Deni Zulia juga meyakini, pengelolan bantuan peternakan dari pemerintah melalui Badan Usaha Nagari, bisa bermanfaat bagi generasi penerus.
“Selain bermanfaat bagi generasi penerus, bantuan peternakan yang dikelolah Badan Usaha Nagari juga dapat lebih dipertanggungjawabkan secara hukum.
Kalau pemerintah tidak mau memberi sistem begini, tidak usah saja bantuan dikasih ke Situjuahgadang,” kata Syofiarledi.
Soal sektor pendidikan, Syofiarledi berkeinginan, para pendidik di nagarinya dapat membentuk watak dan karakter anak didik, menjadi insan berakhlak dan bermoral. Sehingga generasi kedepan cerdas, santun dan bermartabat. “Kita juga minta semua tokoh, menjadi suri tauladan bagi generasi muda,” harapnya.
Bicara tentang program kesehatan, pemerintah Situjuahgadang, tidak berpatokan kepada program berobat gratis melalui Jamkesda, Jamkesmas maupun Jamkenag. Tetapi, bagaimana pemahaman tentang kesehatan dilaksanakan secara berkelanjutan bagi masyarakat.
“Kalau masyarakat sudah memahami pentingnya kesehatan, tentu masyarakat akan peduli degan kesehatan lingkungan dan diri sendiri. Untuk itu, kita minta Diskes Kabupaten, Puskesmas, bidan desa, kader dan tokoh masyarakat yang peduli degan kesehatan, agar turun langsung memberi pemahaman kesehatan,” pinta Syofiarledi. (*)