Nagari Simawang merupakan salah satu nagari yang terletak di Kecamatan Rambatan dan berbatasan langsung dengan Bukit Kandung Kabupaten Solok dan terletak didaerah yang ketinggian
Sehingga jika anda berkunjung kedaerah tersebut akan menimbul kesan dan daya tarik tersendiri karena bisa melihat keindahan alam danau Singkarak dan untuk untuk menuju Pusat pemerintahan Nagari simawang,hanya sekitar 3 km dari jembatan ombilin Singkarak dan Nagari tersebut terdiri dari delapan jorong masing-masing Jorong Ombilin, Batulimbak, Pincuran Gadang, Piliang bendang,Koto Gadang,
Sedangkan Nagari Simawang memiliki lahan yang cukup luas atau sekitar 5400 ha yang terdiri dari lahan pemukiman penduduk/perumahaan 1217 ha, Lahan persawahan 480 ha, lahan perkebunan 670 ha, lahan pertanian 2600 ha, lahan kritis 270 ha,sarana jalan 83 ha, pinggir danau 35 ha dan talago seluas 45 ha dan dengan jumlah penduduk 9001 jiwa atau 1952 Kepala keluarga.
“Sementara dari segi pembangunan, loncatan pembangunan di nagari Simawang dalam berapa tahun ini telah menunjukan perkembangan yang menggembirakan karena dalam mengerakan pembangunan di nagari kuncinya bagaimana kita memampaatkan potensi yang ada di Nagari termasuk anak nagari Simawang yang berada diperantauan yang tergabung dalam Simawang Saiyo baik yang berada di Jakarta,Padang,Medan, Bandung dan berapa lainnya dan diperkirakan jumlahnya diperantauan mencapai lebih 9.000 orang,” ujar Wali Nagari Simawang M.Noer Dt Rajo Tianso.
Disamping dukungan dari Yayasan Pembangunan Nagari Simawang sendiri dalam menyalurkan berbagai bantuan untuk pembangunan di Nagari Simawang bahkan tidak itu saja Kantor Nagari Simawang sebagai tempat Pusat pelayanan Masyarakat Nagari Simawang juga sudah berhasil dibangun dan merupakan salah satu Nagari termegah di Nagari Rambatan dengan jumlah dana pembangunan sebesar Rp.600 juta.
Sedangkan mata pencaharian masyarakat nagari simawang pada umumnya adalah bertani karena kondisi daerahnya yang cukup subur serta didukung oleh pengairan yang cukup termasuk juga dalam pengembangan usaha perkebunan dan khusus untuk perkebunan seluas 650 ha lahan tidur di nagari Simawang telah dikembangkan sebagai daerah perkembangan coklat oleh Badan pengkajian Kakao (BPK) Sumatera Barat dan jika itu diwujudkan dirinya optimis ekonomi Nagari simawang akan bangkit dan hidup apalagi sebelumnya masyarakat telah menanam coklat secara mandiri termasuk untuk mendapatkan bibit kakao. Dan sampai saat ini diperkirakan dalam satu ha pendapatan masyarakat dari hasil coklat diperkirakan mencapai Rp 24 juta dan belum lagi dari hasil tanaman padi, Jagung Hibrida dan kacang tanah.
Disamping itu pihaknya juga telah melakukan pengedaman talago pulai dengan dana sebesar Rp 1,1 milyar di jorong Pincuran Gadang, Jorong Darek dan jorong koto Gadang disamping pekerjaan lainnya dijorong Piliang bendang,Talago Janiah sehingga nantinya bisa mengairi sawah masyarakat yang sampai saat ini bertadah hujan serta bantuan untuk dimampaatkan di Talago Pulai yang akan dijadikan sebagai centra perikanan dengan melepaskan bibit ikan sebanyak 20.000 bibit ikan nila raya dan ikan gurami yang berasal dari bantuan dinas Perikanan Sumatera Barat. Dan belum lagi bantuan yang diterima oleh dua Kelompok perikanan yaitu Kelompok Ompas yaitu 1 unit bangunan perumahan sky boat ukuran 3×8 sebesar Rp 59.635.000.- Traler dan kanopi sky boat sebesar Rp 31.625.000.- Rehab dapur pengolahan ikan sebesar Rp 28 juta, Bantuan Langli 16 unit, dan untuk kelompok aia Batanang dalam bentuk bantuan 6 unit keramba, Ikan Rayo
Kemudian dalam menunjang ekonomi masyarakat, Nagari Simawang juga berhasil memperoleh dana Kridit mikro sebesar Rp 300 juta dan perolehan kridit mikro tersebut mereka kembangkan terhadap 19 kelompok yang tersebar pada delapan jorong disamping dana Kelompok simpan pinjam perempuan (spp) sebesar Rp 300 juta selama dua tahun berturut yang mereka berikan kepada anggota yang membutuhkan yang bergerak dibidang jasa, industri rumah tangga, warung dan pinjaman yang diberikan kepada anggota melalui masing masing kelompok yang ada dijorong untuk menghindari tingkat kemacetan dari anggota dalam menyalurkan pinjaman.(*)