Malang, Genpiknik- Warna warni dan keharuman ditebar Malang Flower Carnival (MFC) 2018. Event ini diikuti oleh 200 peserta. Kostumnya spesial. Ornamen kostumnya minimal 30% memakai bunga. Lebih spesial, bunga-bunga lokal nusantara menjadi prioritas sebagai asesoris kostum.
“MFC ini event besar. Gaungnya sudah kuat. Kami tentu berharap, event ini menjadi pemicu kunjungan wisatawan ke Kota Malang. Apalagi, setiap tahunnya selalu ada inovasi dan hal baru yang diberikan,” ungkap Kabid Ekonomi Kreatif Disbudpar Kota Malang Heri Sunarko, Minggu (16/9).
MFC dihelat Minggu (16/9) mukai pukul 14.00 WIB. Parade ini menggunakan Jalan Ijen, Malang, sebagai catwalknya. Panjangnya sekitar 800 meter. Penyelenggaraan MFC tahun ini menjadi kolaborasi Kemenpar dengan Disbudpar Kota Malang. Regulasinya, kostum para peserta ini minimal 30% memakai ornamen bunga. Untuk desain kostum tidak dibatasi. Artinya, peserta bisa mengeksplore kreativitasnya.
Menjadi venue kreativitas, MFC diikuti oleh 200 peserta. Selain wilayah Malang, MFC juga dihadiri oleh perwakilan dari Bali dan Sulawesi. Terbagi dalam 2 kategori menurut usia, penyelenggaraan event ini pun mampu menyedot perhatian publik. Wisatawan pun terlihat menyemut di sepanjang rute karnaval. Meski berdesakan, mereka tetap santun menikmati sajian terbaik Kota Apel ini.
“Respon pengunjung di sini luar biasa. Mereka sangat menikmati karnaval. Kehadiran mereka menjadi sinyalemen positif. Artinya, perekonomian masyarakat Kota Malang ikut bergerak. MFC ini membentuk sebuah sistem ekonomi yang memicu pendapatan masyarakat di sini,” terang Heri.
Membangun sistem ekonomi kreatif, tema besar ‘Bunga Eksotika Nusantara’ pun diapungkan. MFC ini menjadi display terbaik bunga-bunga indah dan wangi yang tumbuh subur di nusantara. Sebab, MFC ini hanya memakai bunga lokal sebagai asesorisnya. Keindahan dan potnsi besar ini akan dipamerkan pada 20 bupati/walikota yang hadir.
“Kami sebelumnya sudah meminta pada daerah di Indonesia untuk membawa bunga-bunga terbaiknya ke Malang. Asalkan menjadi kekayaan daerah tersebut, bunga-bunga artifisial juga akan dipajang di sini. Yang penting MFC ini menjadi venue pertemuan beragam bunga-bunga nusantara,” jelas Heri.
Meski memajang karnaval kostum bermotif bunga, MFC tetap ramah kepada semua. Event ini disulap menjadi panggung besar ekonomi kreatif. Ada 6 sub sektor ekonomi kreatif yang terlibat. Mereka ini adalah kuliner, fashion, seni pertunjukan, fotografi, seni rupa, dan seni kriya. Kesemuanya ini berada di bawah payung Disbudpar Kota Malang.
“Pada penyelenggaraan event ke-8 ini, MFC memang berkolaborasi dengan sub sektor lain secara masif. Kami memang sedang menciptakan ekosistem ekonomi kreatif di Kota Malang. Nantinya sistem di sini memiliki basis kolaborasi. Kami optimistis, Malang akan menjadi kota kreatif di Indonesia,” ujarnya lagi.
Membangun brand dari MFC, penyelenggaran menyediakan 20 tenda di salah satu spot. Ada beragam kegiatan yang disajikan dengan kombinasi unsur kriya. Seni kriya yang dipilih adalah merangkai bunga tingat Jawa Timur. Sebab, event ini digelar oleh Ikatan Perangkai Bunga Indonesia (IPBI). Kali pertama digelar, lomba merangkai bunga diikuti 45 peserta. Mulai dari umum hingga profesional.
“MFC ini sangat cantik. Kecantikan Indonesia melalui bunga ditampilkan. Bunga-bunga asal nusantara ini sangat berkualitas. Bukan hanya indah bentuknya dan harum, variannya sangat beragam. Dan, ada di MFC, wisatawan benar-benar dimanjakan dengan keindahannya,” terang Staf Khusus Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuti.
Dan, eksotisnya MFC semakin lengkap dengan beragam parade seni dan budaya. Unsur tradisional dan modern bertemu. Kearifan budaya Malang ditampilkan dalam berbagai tarian. Lalu, ada juga aksi para Disk Jockey (DJ) dan beragam kelompok perkusi. Esthy menegaskan, MFC merupakan spot menikmati liburan terbaik.
“Dengan kekuatannya, MFC ini memang tempat berlibur terbaik. Semuanya tersaji lengkap di sini. Ada banyak hiburan dan kuliner yang disajikan. Keberadaan MFC ini memang menjadi motor penggerak ekonomi potensial bagi Kota Malang,” ungkap Esthy lagi.
Geliat ekonomi memang terlihat di Kota Malang. Okupansi hotel minimal di wilayah ini lebih dari 60%. Bahkan, ada salah satu hotel yang memiliki tingkat okupansi 98%. Hal ini pun jadi sinyal positif, yaitu adanya pergerakan arus masuk wisatawan dari luar Malang secara massal. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengungkapkan, muara dari aktivitas pariwisata adalah pertumbuhan ekonomi.
“MFC ini evet terbaik. Selain atraksinya, aspek aksesibilitas dan amenitas di Malang adalah yang terbaik. Kami senang mendengar perekonomian Malang bergerak karena event ini. Dengan penyelenggaraan yang spektakuler ini, kami berharap adanya perbaikan di masa depan. Inovasi harus diberikan agar para wisatawa selalu mendapatkan experience berbeda,” tutup Menteri asal Banyuwangi ini. (*)
Multibangsa Bergabung di Malang Flower Carnival 2018
MALANG – Malang Flower Carnival (MFC) 2018 semakin berwarna. Ada 24 negara yang bergabung di MFC ke-8 (MFC-8) ini, Minggu (16/9). Multibangsa ini berasal dari 3 benua. Yaitu, Benua Asia, Afrika, dan Eropa. Selain menikmati karnaval, ada 5 negara yang masuk sebagai kontestan karnaval.
MFC-8 menyajikan cerita hebat. Bukan semata karena warna warni kostum yang disajikan. Atau, menjadi galeri besar bagi puspa (bunga) indah nusantara. Namun, event ini menjadi pemersatu beragam budaya bangsa hebat dari 3 benua. Koneksi Asia diwakili 8 negara. Ada Jepang, Korea Selatan, Syria, Yordania, India, Vietnam, Brunei Darussalam, dan Tajikistan.
Untuk komposisi Benua Biru Eropa ada 10 negara. Mereka adalah Perancis, Italia, Jerman, Belanda, dan Denmark. Sisanya terdiri Swedia, Polandia, Azerbaijan, Hungaria, hingga Rusia. Benua Hitam Afrika ini diwakili 6 negara. Ada Mesir, Nigeria, Libya, Mali, Madagaskar, juga Madagaskar. Mereka semua adalah mahasiswa asing yang sedang menuntut ilmu di Malang dan sekitarnya. Jumlah totalnya ada 40 nama.
“MFC ini telah berkembang sangat pesat. Jumlah pesertanya banyak dan lebih berwarna. Banyak kreasi dari peserta. Pokoknya MFC tahun lebih bagus dari sebelumnya. Event ini pun telah menarik perhatian publik dari dalam dan uar negeri,” ungkap Chairman MFC Indonesia Agus Sunandar, kemarin.
Digelar Minggu (16/9) siang, MC-8 digelar di Jalan Ijeng, Malang, dengan panjang rute 800 meter. Hasil Kolaborasi Kemenpar dan Disbudpar Kota Malang ini, mewajibkan peserta memakai bunga lokal. Dan, komposisi bunga pada kostum minimal 30%. Karnaval diikuti 200 peserta. Agus kembali menambahkan, kehadiran berbagai bangsa di dunia telah menguatkan karakter MFC-8.
“Secara teknis, MFC ini terbuka bagi siapapun. Kami tentu gembira dengan kehadiran perwakilan dari berbagai negara. Beberapa negara bahkan turun sebagai peserta,” lanjutnya lagi.
Sedikitnya ada perwakilan dari 5 negara yang menjadi kontestan MFC-8 ini. Negara itu adalah Jerman, Belanda, Hungaria, Mesir, dan Mali. Masing-masing negara diwakili oleh satu paspor peserta. Kelima peserta asing ini mengenakan kostum bertemakan Bunga Nusantara. Kostum dengan warna warni kuat plus tata riasnya disediakan oleh penyelenggara.
Para kontestan yang datang sebagai exibition terlihat sangat confidence. Mereka mendapatkan kostum terbaik. Baju eksotisnya lengkap dengan detail motif nusantara dan ornamennya. Kombinasi warnanya terbaik dan semakin hidup dengan penambahan aneka puspa nusantara. Mahkotanya selaras kostum. Sayapnya dibuat lebar dan menjulang hingga menambah eksotis para pemakaianya.
Melintas di hadapan pengunjung, sambutan meriah pun diterima 5 kontestan mancanegara ini. Apalagi, respon balik diberikan juga oleh kelimanya. Mulai melambaikan tangan hingga memberikan satu jempol ke arah pengunjung. MFC-8 memebrikan space lebih besar bagi kontestan asing. Sebab, penyelenggaraan event tahun lalu hanya diikuti 2 kontestan mancanegara.
“Para peserta mancanegara ini tidak canggung. Mereka sangat enjoy. Sebenarnya ada banyak yang ingin ikut, seperti Vietnam dan Afganistan. Tapi, kostumnya terbatas. Kehadiran kontestan asing ini semakin menegaskan kualitas MFC. Tahun depan MFC akan digelar lebih meriah lagi,” jelas Agus lagi.
MFC memiliki reputasi besar. Mereka telah 32 kali mewakili Indonesia di event besar internasional. MFC pernah meraih juara Best Perform dan Best Costum di Moskow, Russia, Oktober 2014. Status juara untuk Best Tradisional Costume Hilo Green Ambassador 2014 juga diraih MFC. Lalu pada 2016, Best National Costume diraih dari Miss Queen Tourism Ambassador International di Kuala Lumpur, Malaysia.
“MFC ini luar biasa. Menegaskan Malang sebagai Kota Bunga. Standardnya dunia. Sebab, semua aspek di Malang adalah yang terbaik. Lalu, mereka juga benar-benar menginspirasi. Apalagi, MFC ini didesain sangat ramah lingkungan,” terang Staf Khusus Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuti.
Digelar kali ke-8, MFC memang memanfaatkan konsep daur ulang. Mereka memanfaatkan limbah yang dibentuk menjadi kostum dan asesorisnya. Limbah-limbah ini bahkan dibentuk menjadi bunga-bunga yang cantik. Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, MFC-8 layak jadi referensi penyelenggaraan karnaval dengan keunikan dan kemasan yang dtawarkannya.
“Kehadiran wakil dan peserta mancanegara di MFC ini sangat menarik. Hal ini menjadi value tersendiri. Sebab, mereka ini pasti ikut mengabarkan penyelenggaraan MFC ke negaranya melalui media sosial. Hal ini positif untuk branding. Terima kasih untuk kesuksesan penyelenggaraan MFC ke-8 ini,” tutupnya. (*)