Makam Pahlawan Kuranji Menyimpan Cerita

0
177

Berjarak sekitar 18 meter dari gerbang terdapat sebuah bangunan keramik berbentuk kubus besar berwarna abu-abu. Di atasnya berdiri patung seorang anak muda yang melilitkan kain sarung di bahunya. Anak muda itu sedang memegang bambu runcing dan siap untuk berperang. Rifai namanya. Rifai merupakan seorang pejuang termuda yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan RI tahun 1946 silam. Rifai tewas terkena ledakan mortil oleh tentara Inggris di Rimbo Kaluang yang sekarang ini bernama GOR Agus Salim.

Berjalan dari gerbang menuju bangunan tempat pijakan Rifai akan ditemukan sebuah senjata disebelah kanannya. Senjata yang di cat dengan warna putih tersebut terlihat seperti sebuah senapan. Ya, itu merupakan sebuah senapan yang bernama machine gun. Senjata mematikan yang digunakan pejuang Indonesia saat berperang. Saat mengalihkan pandangan ke arah kiri senjata, tampak sebuah tonggak panjang yang terpancang di lantai. Tonggak tempat berkibarnya sepotong kain merah putih.

Lebih dekat lagi ke arah bangunan kubus ini tampak ditengah-tengahnya gambar timbul seekor burung berwarna emas dengan simbol-simbol di dadanya. Itu adalah Burung Garuda Pancasila yang sengaja diletakkan sebagai penambah bukti nasionalisme di tempat tersebut. Burung Garuda ini diapit oleh dua buah tulisan. Sebelah kirinya tertanda peresmian bangunan pada tanggal 18 Desember 1977 oleh mantan Gubernur Sumatera Barat Ir. Hj Azwar Annas. Sedangkan di sebelah kanannya tertulis puisi karangan Chairil Anwar yang berisi ….Kenang kenanglah kami, Kami Cuma tulang-tulang berserakan tapi adalah kepunyaanmu, Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan atau kah, Jiwa kami melayang….

Di tempat inilah pahlawan perjuangan 1945 dimakamkan. Di atas tanah seluas 75 x 50 meter ini Rifai bersama Haji Ahmad Hoesen, Amra Usman, Muslim, Nazaruddin dan lainnya menempati peristirahatan terakhirnya. Hingga sekarang mencapai 298 pahlawan telah menghuni makam pahlawan yang berada di Kelurahan Korong Gadang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat ini.

Rifai adalah penghuni pertama bersama Bahar, teman sejawatnya dalam peperangan tersebut. Selain itu, makam yang berisikan dua orang dengan satu batu nisan ini diberi pertanda berbeda dengan makam lainnya, yakni berkeramik biru. Mereka penghuni teristimewa di sana.

Makam ini dulunya sempat akan dipindahkan oleh Pemko ke S.Parman Lolong Padang. Namun Alm. Mawardi yang merupakan mantan penjaga makam ini bersama masyarakat kuranji tetap mempertahankannya. Bagi mereka makam ini merupakan bukti sejarah masyarakat Kuranji.

Sekarang makam ini dijaga oleh anak Mawardi yaitu Syarifudin. Lelaki tua yang rambutnya telah memutih ini mengabdikan diri sebagai penjaga makam semenjak kematian Ayahnya. Walaupun hanya digaji 350 ribu perbulan tidak menurunkan rasa nasionalismenya untuk tetap menjaga makam ini agar tetap bersih.

Syarifudin mengatakan pada hari-hari biasa makam ini sepi penziarah. Namun, pada hari-hari tertentu makam ini ramai dikunjungi oleh pemimpin daerah beserta pihak terkait. “Mereka rutin datang pada 17 Agustus dan 10 November,” jelasnya.

Selain itu, Syarifudin mengungkapkan bahwa Ia terkadang menyimpan kesedihan tersendiri terhadap generasi muda yang tidak mau lagi mengenang jasa para pahlawannya. “Generasi muda sekarang harus lebih meninggikan rasa nasionalismenya,” harapnya.

sumber : http://www.ganto.or.id/artikel/413/makam-pahlawan-kuranji-menyimpan-cerita.html


(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});