Lobang Tambang Mbah Soero, Kota Sawahlunto

0
114
Lobang Mbah Soero-kota sawahlunto-foto disparpora sawahlunto

Lubang Mbah Soero merupakan salah satu obyek wisata yang cukup terkenal di kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Lobang Mbah Soero ini merupakan lorong di bawah tanah atau di bawah perkampungan penduduk yang memiliki lorong-lorong yang panjang. Lorong ini diawali dari Kelurahan Tanah Lapang hingga ke kantor DPRD. Artinya, lorong Lubang Mbah Soero ini mencapai 1,5 km dengan kemiringan hampir 20 derajat.

Penambangan di lubang Soero ini merupakan titik awal penambangan terbuka di kota Sawahlunto. Pembukaaan Lubang Soero dilakukan sejak tahun 1891 sedangkan proses pembangunannya dilakukan pada tahun 1898. Tak jauh berbeda dengan areal tambang lainnya, di Lubang Soero juga diperkejakan orang-orang hukuman yang dikenal dengan ‘orang rantai’.

Sejarah

Dalam perjalan sejarahnya, Letak Lubang Soero sangat berdekatan dengan Batang Lunto yang membawa dampak buruk bagi lingkungan dan tambang itu sendiri. Artinya, lubang yang sudah digali dengan susah payah dan sangat dalam tersebut dulunya sempat di tutup karena dirembesi air yag berasal dari resapan Batang Lunto.

Akibatnya pada tahun 1932 pembangan di Lubang Soero ini terpaksa dihentikan. Pada sejumlah titik di Lubang Soero tersebut terpaksa ditutup kembali demi menghindari bahaya yang lebih besar. Penutupan lubang ini dilakukan dengan dinding beton. Walau sudah sempat ditutup, namun setelah kemerdekaan Lobang Tambang Mbah Soero kembali dibuka sebagian untuk melakukan penyelidikan. Namun, kondisi yang sama di tahun 1932 kembali ditemui. Artinya, penambangan tetap tak bisa dilakukan karena tertutup oleh rembesan air Batang Lunto.
Mbah Soero sendiri dikenal sebagai mandor sangat dekat dengan para orang rantai dan masyarakat, beliau juga dikenal memiliki ilmu kebathinan yang tinggi. Karena kemampuan bergaul dan ilmu yang tinggi ini pupalah akhirnya Mbah Soero menjadi panutan masyarakat. Mbah Suro ini memilki 5 orang anak dengan 13 orang cucu. Sementara isteri beliau seorang dukun beranak. Mbah Suro meninggal dunia sebelum tahun 1930 dan dimakamkan di pemakaman Orang rantai, Tanjung Sari, Kota Sawahlunto.

Dalam perjalannya sebagian pihak menyebut tambang terbuka pertama kali ini dengan nama ‘Lubang Segar’, karna lubang ini berada di wilayah Lembah Segar. Namun, dari beberapa nama yang paling populer di hati masyarakat Sawahlunto adalah Lobang Tambang Mbah Soero.

Bila kita melihat sejarah pembuatan dan dilematika penambangan ini sangatlah tinggi. Mulai dari sejarahnya, kisahnya dan cerita orang rantai tak bisa lepas dari Lobang Soero ini. Sejalan dengan visi kota Sawahlunto yaitu Kota Wisata Tambang yang berbudaya maka, Pemkot Sawahlunto membuka kembali saksi sejarah tersebut.

Asal Mula

Lobang Tambang Mbah Soero dulunya dinamakan Lubang Soegar. Lubang ini merupakan lubang pertama di kawasan Soegar yang dibuka oleh Kolonial Belanda pada tahun 1898. Pada lubang ini terdapat kandungan batubara yang paling bagus (Kalori 7000) dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya, seperti Sungai Durian, Sigalut, Parambahan dan Tanah Hitam. Hal ini disebabkan karena kawasan Soegar terletak dilapisan patahan paling bawah dari permukaan Bumi.

Untuk membuka lubang ini, Belanda mendatangkan buruh paksa dari berbagai penjara di nusantara, seperti Medan, Jawa, Sulawesi dan Padang. Mereka dibawa dengan kapal melalui Pelabuhan Emmahaven sekarang Teluk Bayur dan selanjutnya menggunakan transportasi kereta api dari Pelabuhan Emmahaven menuju Sawahlunto.

Sesampainya para buruh ini di Sawahlunto, mereka langsung dikirim ke penjara orang rantai yang khusus dibuat oleh Belanda untuk para buruh paksa (orang rantai). Mereka dipekerjakan membuka lobang tambang Soegar dengan posisi kaki dirantai, makan seadanya dan menerima upah sangat kecil. Namun, tenaga mereka dikuras habis untuk menyelesaikan konstruksi lobang tambang.

Setelah lobang tambang selesai dibuka sebanyak dua buah sebagai lobang angin (ventilasi udara), maka Belanda mulai melakukan eksplotasi batubara atau emas hitam yang sangat berkualitas tersebut. Jumlah produksi batubara yang dihasilkan oleh orang rantai pada tahun 1892 sebanyak 48 ribu ton. Kemudian dengan adanya lobang Soegar ini, produksi batubara meningkat menjadi 196 ribu ton lebih, pada tahun 1900. Hal ini membuktikan keberadaan Lobang Soegar sangat berpengaruh pada produksi batubara.

Meningkatnya produksi batubara juga mendatangkan penderitaan bagi buruh paksa, nasib mereka sangat menyedihkan, disamping mendapatkan hukuman cambuk, rata-rata tiga kali setahun, juga mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi dari rekannya sendiri, seperti perkelahian antar etnis, juga dipaksa menjadi nanak jawi (homo seksual).

Kejadian ini dibiarkan oleh mandor tambang, dengan syarat jumlah produksi tidak berkurang dari 6 ton/ shift setiap kelompok. Tidak hanya sesama buruh, para mandorpun menyukai anak jawi, hal ini disebabkan karena tidak adanya perempun disekitar kawasan tambang. Tidak mengherankan jika sering terjadi perkelahian untuk memperebutkan barang-barang langka seperti rokok, uang dan seks yang menimbulkan tidak sedikit korban jiwa. Hampir setiap hari ditemukan mayat serta potongan bagian anggota tubuh manusia yang terbawa bersama batubara ke kawasan saringan.

Pada awal abad ke-20, orang Belanda mendatangkan mandor dari Jawa, salah satunya Mbah Soero, ia diangkat menjadi mandor oleh Kolonial Belanda karena ilmu kebatinan yang dimilikinya. Ia ditugaskan untuk mengawal penambang di lobang Soegar ini. Dalam kesehariannya ia dikenal sangat rajin bekerja, berperilaku baik dan taat beribadah.
Selanjutnya lobang ini ditutup pada tahun 1920-an, karena adanya perembesan air dari Batang Lunto dan kadar gas methan yang terus meningkat . Kemudian pada tahun 2007, sesuai dengan visi dan misi Kota Sawahlunto sebagai Kota Wisata Tambang yang berbudaya, maka objek bekas tambang kembali dibenahi, salah satunya yaitu Lobang Soegar. Untuk penghargaan kepada mandor Mbah Soero, yang dianggap sebagai pahlawan pekerja dimasa buruh paksa (orang rantai), maka Lobang Soegar ini lebih populer ditengah masyarakat Sawahlunto dengan sebutan Lobang Tambang Mbah Soero.

Ketika waktu lobang kembali dibuka, hanya tiga meter dari mulut lobang yang tidak digenangi air, tepatnya pada pintu kedua waktu melakukan konservasi awal dalam lobang tambang ditemukan ada beberapa kejadian yang aneh-aneh di alami oleh beberapa anggota tim, seperti terdengarnya sayup-sayup suara gamelan jawa, serta suara orang-orang berbicara dalam bahasa Jawa. Didalam lobang juga ditemukan beberapa peralatan tambang dan potongan tulang panggul manusia, dan pada lokasi yang berbeda didalam lobang tambang atau tepatnya pada lobang ventilasi udara yang mengarah ke Batang Lunto, tim konservasi juga menemukan tumpukan belulang tengkorak manusia. Namun penggalian disini tidak dilanjutkan, itu sebabnya lobang jalur kiri ventilasi udara ini ditutup.

Anggota konservasi yang menemukan tulang panggul manusia, selama tiga hari berturut-turut mengalami mimpi-mimpi yang sangat aneh. Dalam mimpi mereka dia didatangkan oleh seseorang yang tidak mereka kenal dan meminta tulang tersebut dikebumikan seperti layaknya manusia dan dikuburkan di sebelah makam Jaya Sentana. Jaya Sentana adalah seorang buruh tambang yang meninggal pada tahun 1960 dalam usia 120 tahun dan dikuburkan pada pemakaman orang rantai. Setelah ditelusuri, akhirnya tim konservasi menemukan makam Jaya Sentana, dan kemudian tulang belulang panggul manusia itupun dikuburkan disebelah makam Jaya Sentana tersebut

Kini sejarah bekas Lobang Tambang Mbah Soero yang dibangun Belanda dengan tangan-tangan anak bangsa secara paksa yang sangat menyedihkan itu, banyak dikunjungi masyarakat sebagai objek wisata sejarah.

Objek wisata sejarah ini dibuka pada hari Senin-Minggu mulai Jam 9.00 s/d 17.30 WIB dengan harga karcis masuk Rp7.500/ orang. Untuk memasuki lobang tambang Mbah Soero harus mematuhi prosedur dan ketentuan yang tidak boleh dilanggar, mengingat pengalaman yang tidak diingini sering terjadi jika kita melanggarnya, seperti: menitipkan barang bawaan apa saja termasuk alas kaki, sandal dan sepatu, menggunakan alat pengaman/ safety yang disediakan sepatu, helm dan kostum, masuk lobang tambang minimal sebanyak 20 orang/ rombongan, jika masuk mulai dari pintu lobang utama (LBU) dan keluar melalui lobang vetilasi udara, dan selama berada di dalam lobang tambang pengunjung dilarang menyentuh material lobang tambang, mengambil material batubara, jangan memisahkan diri dari pemandu/ guide dalam rombongan, kemudian buang air besar dan kecil, serta jangan berbicara atau mengeluarkan kata-kata kotor.

English

Lubang mbah sero merupakan salah satu objek wisata yang cukup terkenal dikota sawahluto, sumatera barat. llobang seoro ini merupakan lorong dibawah tanah atau atau dibawah perkapungan penduduk yang memilki lorong-lorong yang panjang. lorong ini diawali dari kluran tanah lapng hinga kekntor DPRD. Artinya lorong lubang mbah seoro ini mencapai 1,5 km dengan kemiringan hampir 20 derajat. penambangan di lubang soero ini merupakan titik awal penambangan terbuka dikota sawahlunto. pembukaan lubang mbah soero dilakukan sejak tahun 1891 dibuka untuk umum setelah renovasi tahun 2007. Tak jauh berbeda dengan areal tambang lainya, dilubang soero juga diperkerjakan orang-orang hukuman dikenal dengan orang rantai’.

Mbah Soero Tunnel

if you are an adventurer, you should visit this area. it’s the first opened tunnel in soegar valley which was supervised by mbah soero and very famous in sawahlunto. it’saround 15 meters deep with 2 meters width under the ground. it was establisded in 1891 and opened after renovation lunto. in addition it is almost similar to the other mining area, where it’s also got “the chain men” who were force work there.