Kawasan wisata Pantai Penyu di Kampung Pasar Amping Parak, Nagari Amping Parak, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) semakin ramai dikunjungi masyarakat. Kawasan wisata bahari yang mulai berkembang sejak tahun 2016 lalu itu, sekarang menjadi salah satu kawasan ekowisata penyu yang menjadi kebanggaan di daerah itu. Seperti apa?
Objek wisata bahari ini berjarak sekitar 125 kilometer dari batas Kota Padang dengan lama perjalanan sekitar 3 jam. Selain nyaman untuk bersantai bersama keluarga sambil berwisata, di kawasan itu juga terdapat beberapa sarana penunjang yang akan membuat pengunjung akan semakin betah.
”Saya katakan demikian, sebab di kawasan ini kami juga menyediakan beberapa fasilitas paket kunjungan seperti edukasi tentang penyu, edukasi mangrove dan vegetasi pantai, serta pakat edukasi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) bagi anak,” kata Ketua Laskar Turtle Camp (LTC) Ampingparak, Haridman Kambang.
Lokasi
Sarana pendukung untuk paket ekowisata edukasi penyu tersebut adalah bak perawatan penyu, rumah penetasan perahu, pondok galeri, pondok diskusi, amphitheater. “Sedangkan sarana pendukung edukasi mangrove adalah rumah pembibitan mangrove, area penanaman mangrove, tracking mangrove dan fasilitator. Paket edukasi untuk anak, kita disediakan pula sejumlah game bertema pengurangan risiko bencana,” ucapnya.
Untuk menambah daya tarik bagi pengunjung, di kawasan ekowisata penyu itu juga disiapkan zona camping ground, dan family gathering. “Karena dukungan masyarakat terhadap pengembangan wisata cukup tinggi di daerah ini, sehingga di daerah ini juga mulai berkembang penginapan-penginapan sederhana dan home stay dengan harga terjangkau. Ke depan kita juga merencanakan rumah singgah bagi pengunjung yang ingin bermalam,” ucapnya.
Ditambahkan, sekarang kawasan yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari pinggir jalan nasional itu, telah menjadi objek wisata yang ramai dikunjungi masyarakat. Bahkan pada hari-hari libur, para pengunjung bisa mencapai ribuan orang per hari.
“Saya katakan demikian, motivasi pengunjung untuk datang ke lokasi ini tidak hanya sekadar untuk berwisata menikmati keindahan pantai dengan cemara lautnya yang rindang. Tapi juga ingin mengetahui dan melihat secara dekat hewan yang dilindungi jenis penyu yang dilakukan konservasinya di lokasi ini,” ungkapnya.
Dijelaskan, dalam melakukan pengelolaan kawasan, dia dibantu oleh pemuda yang sama-sama memiliki komitmen menjaga dan melestarikan kawasan pesisir pantai yang selama ini gersang, berikut habitat yang selama ini bersarang tapi terganggu keselamatanya. “Ternyata upaya yang dilakukan selama ini, tidak hanya membuat kawasan ini menjadi indah dan nyaman. Tapi juga mampu membuka lapangan kerja,” ujarnya.
Dikatakan demikian, pengunjung yang datang secara berkelompok dan dilayani oleh pengelola dengan konsep pendidikan. Sebelum terjun ke lapangan, pengunjung diberi pembekalan dan informasi dasar tentang penyu oleh petugas yang ditunjuk kelompok.
”Setelah berbagai informasi diberikan, pengunjung pun diantar ke lokasi dengan perahu motor melalui pendampingan petugas. Bagi pengunjung yang berpartisipasi melepaskan penyu, diberikan sertifikat peduli lingkungan oleh Kelompok LTC,” katanya.
Karena itu, salah satu bentuk pelayanan yang diberikan kepada pengunjung, konservasi penyu yang dikelola oleh LTC Amping Parak itu berkembang menjadi objek wisata edukasi sebagaimana saat ini. ”Kami memberikan edukasi tentang perlindungan penyu dan vegetasi pantai kepada pengunjung. Edukasi diberikan bila pengunjung datang secara resmi dengan memberitahu pengelola sebelum kedatangan,” kata Haridman.
Terkait edukasi tersebut Haridman menjelaskan, edukasi diberikan pada dua sesi. Sesi pertama berlangsung di pondok informasi milik kelompok sebelum pengunjung dimobilisasi ke zona kunjungan. Pada sesi pertama ini pengunjung diberikan informasi tentang kawasan.
“Pengunjung harus tahu dulu tentang kondisi geografis kawasan serta vegetasi pendukung konservasi penyu. Misalnya jenis dan fungsi tanaman mangrove sebagai vegetasi penting yang juga harus dilindungi. Termasuk pemahaman pengunjung terhadap peran dan fungsi cemara laut,” katanya.
Menurutnya, konservasi penyu harus dilihat secara utuh sebagai sebuah ekosistem pantai dan laut. Jadi, pada akhirnya terbangun sebuah kesadaran atau pemahaman untuk melindungi kawasan secara keseluruhan, karena penyu mau mendarat dan bertelur bila kawasannya tetap terjaga dari kerusakan.
“Setelah informasi tentang kawasan selesai, maka pemandu atau pemateri memaparkan materi khusus tentang penyu. Tujuan materi tentang penyu disampaikan supaya masyarakat atau pengunjung tahu siklus hidup penyu yang sangat unik dan menarik untuk bahan pembelajaran. Namun yang terpenting adalah pengunjung harus tahu bahwa hewan ini sedang terancam punah akibat manusia dan perlu dilindungi,” katanya.
Wali Nagari Ampingparak, Akpal Rizonly, menjelaskan di Nagari Amping Parak sekarang juga telah terdapat sejumlah fasilitas umum di antaranya SPBU, penginapan, restoran dan tempat kuliner.
“Ekowisata Ampingparak juga telah didukung oleh sejumlah regulasi di tingkat nagari. Misalnya Peraturan Nagari (Pernag) tentang ekowisata berbasis PRB, dan Pernag tentang perlindungan penyu dan habitatnya,” ungkap Akpal.
Plt Bupati Pessel, Mardi, mengatakan bahwa kawasan ekowisata Ampingparak sangat cocok dijadikan pilihan oleh orang tua untuk membawa anaknya berwisata. Sebab banyak ilmu yang akan didapatkan oleh anak sambil berwisata. (yoni syafrizal-Padang Ekspres)
Kawasan wisata Pantai Penyu yang terdapat di Kampung Pasar Amping Parak, Nagari Amping Parak, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) terus berkembang dan semakin ramai dikunjungi masyarakat.
Kawasan wisata bahari yang mulai berkembang sejak tahun 2016 lalu itu, sekarang menjadi salah satu kawasan ekowisata penyu yang sudah menjadi kebanggaan di Kabupaten Pesisir Selatan.
Sebab dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, objek wisata bahari yang berjarak sekitar 125 kilometer dari batas Kota Padang dengan lama perjalanan sekitar 3 jam itu, sekarang telah mampu menyajikan sejumlah paket kunjungan.
Hal itu disampaikan Ketua Laskar Turtle Camp (LTC) Amping Parak, Haridman Kambang, selaku pengelola kawasan kepada pesisirselatan.go.id Kamis (3/12).
“Upaya saya bersama anggota LTC Amping Parak mengembangkan kawasan yang selama ini gersang dan tidak terjaga, ternyata telah membuahkan hasil. Ini saya katakan, sebab tidak kurang sebanyak 1.000 orang pengunjung yang datang ke kawasan ini dalam satu pekan,” katanya.
Dia menyampaikan selain nyaman untuk bersantai bersama keluarga sambil berwisata, di kawasan itu juga terdapat beberapa sarana penunjang yang akan membuat pengunjung akan semakin betah.
“Saya katakan demikian, sebab di kawasan ini kami juga menyediakan beberapa fasilitas paket kunjungan seperti edukasi tentang penyu, edukasi mangrove dan vegetasi pantai, serta pekat edukasi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) bagi anak,” katanya.
Sarana pendukung untuk paket ekowisata edukasi penyu tersebut adalah bak perawatan penyu, rumah penetasan perahu, pondok galeri, pondok diskusi, amphitheater.
“Sedangkan sarana pendukung edukasi mangrove adalah rumah pembibitan mangrove, area penanaman mangrove, tracking mangrove dan fasilitator. Paket edukasi untuk anak, kita disediakan pula sejumlah game bertema pengurangan risiko bencana,” ucapnya.
Untuk menambah daya tarik bagi pengunjung yang datang dari luar daerah, di kawasan ekowisata penyu itu juga disiapkan zona camping ground, dan family gathering.
“Karena dukungan masyarakat terhadap pengembangan wisata cukup tinggi di daerah ini, sehingga di daerah ini juga mulai berkembang penginapan-penginapan sederhana dan home stay dengan harga terjangkau. Ke depan kita juga merencanakan rumah singgah bagi pengunjung yang ingin bermalam dengan berbagai sarana penunjang,” ucapnya.
Ditambahkan lagi bahwa sekarang kawasan yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari pinggir jalan nasional itu, telah menjadi objek wisata yang ramai dikunjungi masyarakat. Bahkan pada hari-hari libur, para pengunjung bisa mencapai ribuan orang per hari.
“Saya katakan demikian, sebab motivasi pengunjung untuk datang ke lokasi ini tidak hanya sekedar untuk berwisata menikmati keindahan pantai dengan cemara lautnya yang rindang. Tapi juga ingin mengetahui dan melihat secara dekat hewan yang dilindungi jenis penyu yang dilakukan konservasinya di lokasi ini,” ungkapnya.
Wali Nagari Amping Parak, Akpal Rizonly, ketika dihubungi menjelaskan bahwa di Nagari Amping Parak sekarang juga telah terdapat sejumlah fasilitas umum diantaranya SPBU, penginapan, restoran dan tempat kuliner.
“Ekowisata Amping parak juga telah didukung oleh sejumlah regulasi di tingkat nagari. Misalnya Peraturan Nagari (Pernag) tentang ekowisata berbasis PRB, dan Pernag tentang perlindungan penyu dan habitatnya,” ungkap Akpal.
Plt Bupati Pessel, Mardi, ketika ditanya mengatakan bahwa kawasan ekowisata Amping Parak sangat cocok dijadikan pilihan oleh orang tua untuk membawa anaknya berwisata. Sebab banyak ilmu yang akan didapatkan oleh anak sambil berwisata.
“Berkat berbagai keunggulan yang dimiliki oleh kawasan ekowisata penyu, sehingga saya sangat mendukung pengembangan kawasan yang dilakukan LTC. Sebab lingkungan terjaga, dan ekonomi masyarakat juga tumbuh dan berkembang di kawasan yang memiliki luas sekitar 5 hektare itu,” ujarnya.
Dikatakan lagi bahwa jenis hewan yang paling dekat dan sudah terbiasa diamati kelompok LTC Amping Parak adalah penyu.
Sebab kelompok itu sebelumnya juga telah melakukan kegiatan penangkaran penyu rakyat secara swadaya di Pantai Pasir Amping Parak Kecamatan Sutera. (*)