Terletak sekitar 30 menit dari Painan, Jembatan Akar merupakan salah satu objek wisata paling unik di Sumatera Barat. Jembatan hidup yang melintasi sungai Bayang ini terbuat dari akar dua bohon beringin yang saling bertautan. Berbeda dengan jembatan pada umumnya yang semakin lama semakin lemah, jembatan akar dengan bertambah usianya pohon beringin semakin bertambah kuat. Konon jembatan ini di desain oleh seorang ulama bernama Pakih Sokan pada awal 1900 an.
Jembatan Aka merupa jembatan yang berbentuk dari jalinan dua akar pohon yang tumbuh bersembrangan dan membetang diatas aliran sungai batang bayang di kecamatan bayang utara , kabupaten pesisir selatan. terletak sekitar 88 km sebelah selatan kota padang.untuk menuju jembatan ini 5 km sebelum daerah painan, kita akn belok kiriserta mengikuti jalan sepanjang 18 km. jembatan ini memiliki panjang 25 meter dan lebar 1,5 meter dengan ketinggian 10 meter dari permukaan sungai. jembatan ini mulai membentuk pada tahun 1890 dab baru bisa digunakan pada tahun 1916. jadi, proses merajut akar hingga jembatan ini memakan waktu sekitar 26 tahun.
Aka Roots Bridge
Jembatan Aka is a bridge that is formed from a tangle of tree roots growing two opposite streams and stretches over rods cast shadows in the northern of bayang distric, pesisir selatan county.it is located approximately 88 km to the south of padang. Around 5 miles before entering the areas of painan, youyake the left turn and follow the road for about 18 km. this bridge has alength of 25 meters and a width of 1.5 meters with a height of 10 meters above the surface of the river. the bridge began to be formed in 1890 and could be usedin the year of 1916. so, the process of knitting roots to form this bridge took 26 years.
Sejarah
Jembatan AkaJambatan Aka ( Jembatan Akar, red) di Pesisir Selatan kemasyurannya sudah lama tersiar ke mana-mana. Jembatan yang terletak di Kampung Pulut-pulut Kecamatan Bayang Utara Kabupaten Pesisir Selatan ini sangat unik. Jembatan ini terbentuk dari jalinan akar pohon beringin yang telah hidup 90-an tahun lalu, sehingga disebut jembatan akae. Di samping dapat menyeberangi sungai, berjalan di Jembatan Akar ini sangat menarik. Dari atas jembatan, kita dapat memandang aktivitas masyarakat di sekitar Batang Bayang (Sungai Bayang) dengan segala tingkah polahnya. Semilir angin yang berhembus lirih berasal dari dedaunan pohon beringin yang berayun berirama. Jika telah menginjakkan kaki di jembatan ini, rasanya enggan untuk beranjak turun.
Untuk menjangkau objek wisata tersebut, kita dari Kota Padang harus menempuh perjalanan sepanjang ±65 Km atau 24 Km dari Kota Painan. Jembatan ini memiliki panjang sekitar 30 meter, lebar lantai satu meter, dan tinggi dinding pengaman kurang lebih satu meter. Ketinggiannya dari dasar sungai sekitar enam meter. Menurut masyarakat setempat, Jembatan Akar itu awalnya dirancang Pakiah Sokan yang kerap dipanggil Angku Ketek bersama masyarakat Desa Pulut-pulut. Pakiah Sokan, seorang yang berilmu tinggi dan sering memberikan pengajian. Terbit ide untuk membuat Jembatan Akar, setelah titian bambu yang biasa digunakan masyarakat sering hancur dan diseret air bah ketika Sungai Batang Bayang meluap.
Pohon beringin itu, konon katanya juga ditanam oleh Pakiah Sokan. Selain pohon beringin, ia juga menanam pohon asam kumbang, tak jauh dari titian bambu. Perguliran waktu tak terasa, pohon itu terus kembang da tumbuh. Akar-akarnya tak mencapai tanah, lantaran dihalangi bebatuan Batang Bayang. Akar-akar itu bergelantungan, dan Pakiah Sokan beserta masyarakat dengan tekun memasukkan dan melilitkan akar tadi ke dalam titian bambu. Tahun demi tahun akar-akar kedua pohon itu terus tumbuh dan berkembang, menjadi panjang, besar, dan lebat, sehingga lilitan akar tadi telah menjelma menjadi jembatan yang kokoh.
Untuk membuat akar tidak putus, karena terus diinjak, masyarakat memasang tali penyangga yang terbuat dari baja. Lantaran telah dijadikan objek wisata, pemerintah setempat bermaksud membangun jembatan gantung untuk digunakan masyarakat membawa hasil bumi. Saat ini di Jembatan akar tersebut telah disediakan berbagai fasilitas di antaranya, mushala, toilet, tempat parkir dan pelindung. Direncanakan juga akan membangun fasilitas lainnya.
Lokasi
Objek wisata ini terletak kurang lebih 88km ke arah Selatan dari kota Padang. Kira-kira +/- 5km sebelum Painan dari perjalanan Padang – Teluk Bayur – Painan, Kec. Bayang, Kab. Pesisir Selatan, Sumatera Barat, anda akan bertemu dengan pertigaan jalan menuju Jembatan Akar. Anda belok kiri di sini, dan mengikuti jalan kecil sepanjang +/- 18 km yang nantinya akan anda temukan sebuah sungai dengan lebar sekitar 30-35m yang bening, berarus deras namun amat menyejukkan di selingi dengan batu2 besar. Diatas sungai inilah membentang sebuah jembatan yang terkenal sebagai salah satu objek wisata andalan Sumatera Barat, yang dinamai oleh penduduk setempat dengan nama Jambatan Aka (Jembatan Akar). Sesuai dengan namanya, jembatan ini terbuat dari akar-akar (aka) dua pohon yang berseberangan. Panjang jembatan sekitar 30 meter, lebar lantai satu meter, dan tinggi dinding pengaman kurang lebih satu meter. Ketinggiannya dari dasar sungai sekitar enam meter.
Aneh bin ajaib, jembatan yang menghubungkan Desa Pulut-pulut dengan Desa Lubuak Silau ini tercipta bukan oleh teknologi mutakhir, tetapi oleh kepanjangakalan manusia dan proses alami. Kini umur Jembatan Akar itu lebih 90 tahun.
Menurut keterangan yang dihimpun Kompas, Jembatan Akar itu dirancang oleh Pakiah Sokan alias Angku Ketek bersama masyarakat Desa Pulut-pulut, tempat jembatan ini berada. Di Pesisirselatan, Pakiah Sokan adalah seorang yang berilmu tinggi dan sering memberikan pengajian. Terbit ide untuk membuat Jembatan Akar, setelah titian bambu yang biasa digunakan masyarakat, sering hancur dan diseret air bah bila Sungai Batang Bayang meluap. Bagi Pakiah Sokan, yang tiap harinya memberikan pengajian ke desa seberang (Lubuak Silau), meski jembatan tidak ada, aktivitas tetap bisa dijalankan. Karena dengan segala kepandaiannya, ia bisa berjalan di atas air.
Namun, bagi masyarakat awam hal ini tentu masalah. Terputusnya hubungan dua desa karena tiadanya jembatan. Suatu kali terpikir oleh Pakiah Sokan untuk menanam pohon beringin dan pohon asam kumbang, tak jauh dari titian bambu.
Waktu terus berjalan, dari hari ke bulan, dan ke tahun serta seterusnya. Pohon beringin dan asam kumbang yang ditanam di masing-masing di pangkal titian bambu terus tumbuh dan berkembang. Akar-akarnya yang tak membumi karena tertahan bebatuan. Akar-akar itu bergelantungan, dimasukkan dan dililitkan pada titian bambu tadi.
Tahun demi tahun akar-akar kedua pohon itu terus tumbuh dan berkembang, menjadi panjang, besar, dan lebat. “Lima belas tahun kemudian atau tahun 1916 silam, lilitan-lilitan akar sudah tercipta bagaikan jembatan. Jembatan ini punya pantai dan dinding pengaman yang semakin baik dan kukuh,” cerita seorang tetua di Desa Pulut-pulut.
Amenitas
Sekarang, Jembatan Akar yang panjangnya sekitar 30 meter itu semakin kukuh dan kuat. Lantai dan dinding jembatan dipenuhi akar-akar yang rapat dan menyatu kuat, sebesar paha dan pangkal lengan orang dewasa. Jembatan itu tidak mudah goyah, bahkan sekalipun dilewati lima orang.
“Namun untuk pengamanan, agar Jembatan Akar itu tidak putus, kini dipasang tali penyangga yang terbuat dari baja. Dalam waktu dekat, lalu lintas masyarakat membawa hasil bumi yang selama ini memanfaatkan Jembatan Akar akan dialihkan ke jembatan gantung yang akan dibangun tidak jauh dari lokasi Jembatan Akar. Sedang keberadaan Jembakar Akar khusus untuk wisatawan,” ungkap Bupati Darizal Basir.
Secara terpisah, Kakanwil Depparpostel Sumbar, Drs Rusjdi, mengatakan, sebagai obyek wisata andalan Sumbar, prasarana dan sarana di Jembatan Akar terus dibenahi. “Fasilitas umum di sekitar lokasi sudah hampir lengkap, antara lain mushala, toilet, tempat parkir dan pelindung,” tuturnya. Tahap selanjutnya akan dibangun restoran, cottage, kedai cenderamata, dan warung telepon.
Yang terasa kurang saat ini, barangkali hanyalah fasilitas untuk ganti pakaian karena toilet yang ada tidak memadai untuk itu. Wisatawan biasanya mandi di Batang Bayang, sekitar jembatan akar tersebut. Konon kabarnya, mereka yang mandi di sini bisa awet muda.
Tumbuh berseberangan dan membentang di atas sungai batang bayang, akar batang beringin dan batang kubang terjalin menjadi jembatan. Masyarakat setempat menyebutnya Titian Aka. Kokoh berdiri semenjak ratusan tahun yang lalu. Inilah sajian alam nan indah dan alami. Keindahan yang disajikan dari generasi ke generasi. Jembatan akar dengan panjang tigapuluh meter, lebar satu meter dan tinggi delapan meter ini menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan penikmat wisata alam.
Pesisir Selatan memang terkenal dengan keindahan tempat-tempat wisatanya. Tak hanya terkenal dengan keindahan wisata bahari seperti Pantai Carocok ataupun Kawasan Mandeh, kabupaten ini juga menyimpan pesona alam yang tak kalah indah dari tempat-tempat wisata lainnya. Salah satunya adalah keindahan dan keunikan Jembatan Akar.
Bentuk jembatannya yang unik serta terbuat dari akar kayu memang jarang untuk ditemukan ditempat lain. Tak heran jika banyak orang berkunjung dan berwisata kesini. Faktor lainnya yang mendukung adalah kemudahan akses menuju lokasi dan terjangkau.
Obyek wisata Jembatan Akar ini terletak di bagian selatan kota Padang, tepatnya di Kenagarian Puluik-Puluik, Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Untuk menuju lokasi ini dapat ditempuh dengan angkutan umum, travel, motor, mobil sewaan atau mobil pribadi.
Terletak di kampung Pulut-pulut kecamatang Bayang Utara. Objek wisata ini berjarak 24 KM dari Painan dan 65 KM dari Padang. Jembatan Akar ini merupakan objek wisata yang sangat unik karena jembatan ini terbentuk dari penyatuan jalinan akar-akar pohon beringin, sehingga membentuk suatu jembatan, dan yang menarik lagi di bawahnya terdapat sungai/batang…
Jembatan Akar memang unik, sebab dirajut dari akar pohon yang tumbuh di kedua sisi sungai Batang Bayang dan membentuk menjadi jembatan utuh. Keunikan lainnya adalah jembatan itu semakin kuat seiring pertumbuhan pohonnya. Hal ini tentu berbeda dengan jembatan biasa yang dibuat dari kayu atau campuran semen, yang akan melapuk mengikuti umur.
Biasanya Jembatan Akar ramai dikunjungi wisatawan domestik seperti dari Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Riau, ketika moment Balimau atau menjelang Bulan Ramadhan, saat liburan seperti lebaran dan hari besar. Sedangkan wisatawan manca negara datang setiap waktu di hari-hari biasa.