Penyebutan lain
– Istana Basa
– Istano Baso
– Istana Raja Basa
– Istano Baso Pagaruyuang
– Istano Rajo Baso
Address: Jl. Sutan Alam Bagagarsyah, Pagaruyung, Tj. Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat 27281
Istana ini dibangun oleh keluarga kerajaan Pagaruyung di Batusangkar yang mempunyai ciri khas Minangkabau. Di dalam istana terdapat barang-barang peninggalan kerajaan yang masih terpelihara dengan baik. Di sekitar istana ini kita dapat menikmati keindahan alam dengan udara yang sejuk. Terletak di Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar.
Pagaruyung adalah lokasi kediaman Raja Minangkabau sebagai pusat pemerintahan. Sekarang rumah gadang yang ada disana merupakan replika dari Istana yang aslinya dengan lukisan di dinding luar dan atap yang menjulang berbentuk tanduk kerbau.
Satu peninggalan berharga dari Kerajaan Minangkabau, Sumatera Barat, adalah masih adanya situs dan artefak yang tersimpan di lokasi semula, yaitu di wilayah Istana Kerajaan Pagaruyung, sekitar 3 km sebelah utara dari pusat kota Batusangkar.
Sekalipun istana yang asli sudah terbakar berulangkali, tetapi sudah dibangun kembali replikanya. Seorang perantauan dari Payakumbuh di Jakarta, H Zulfan bercerita istana tersebut berdiri kembali berkat kekompakan orang- orang Minangkabau, termasuk yang di perantauan dengan Gebu Minang. Pensiunan guru fisika SMPN 135 Jakarta, Ny Samtiar yang dilahirkan dan dibesarkan di Batusangkar menambahkan, masyarakat Malaysia terutama yang berasal dari Negeri Sembilan juga membantu renovasi Istana Pagaruyung .
Sementara Dina Pertiwi, yang baru pertamakali melihat istana bergonjong 11 itu, mengira bangunan megah tersebut memang peninggalan zaman Kesultanan Pagaruyung dari abad 17 dengan sultan pertamanya Sultan Alif. Istana berarsitektur rumah gadang yang bertingkat tiga itu tingginya mencapai 60 meter dengan atap ijuk. Dindingnya penuh ukiran khas Minangkabau. Gapura di depannya juga terlihat megah. Sayangnya renovasi tersebut masih belum tuntas sehingga belum dibuka untuk umum.
Sekilas sejarah Kerajaan Pagaruyung, kerajaan ini didirikan pada tahun 1347 oleh Raja Adityawarman, keturunan campuran bangsawann Majapahit dan Minangkabau. Yaitu putra Mahesa Anabrang dan Dara Jingga putri raja Dharmasraya di hulu Sungai Batanghari yang beragama Budha. Adityawarman pada awalnya menjadi raja bawahan Majapahit, tetapi akhirnya melepaskan diri dari kerajaan induknya. Keturunan raja ini bukan orang yang kuat akhirnya digantikan orang Minangkabau sendiri. Raja Adityawarman dimakamkan di Batusangkar, tepatnya di daerah Lima Kaum.
Pada abad 16 pengaruh agama Islam merambah di Sumatera bagian tengah, dan akhirnya pada abad 17 Pagaruyung berubah menjadi kerajaan Islam dengan raja yang pertama Sultan Alif.
Istano
Istano Pagaruyung terletak di Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas dengan jarak sekitar 5 kilometer dari Kota Batusangkar. Sementara dari ibukota propinsi Sumatera Barat berjarak sekitar 105 kilometer. Istano Pagaruyung merupakan objek wisata andalan Kabupaten Tanah Datar. Disamping itu, Istano Pagaruyung juga merupakan salah satu “icon” pariwisata Propinsi Sumatera Barat. Hampir setiap agen perjalanan yang ada di Propinsi Sumatera Barat selalu mencantumkannya dalam paket perjalanan yang mereka tawarkan. Bangunan Istana Pagaruyung ini berbentuk rumah adat minang atau yang sering dikenal dengan sebutan “rumah gadang” dengan ukuran yang sangat besar dan atapnya berbentuk tanduk kerbau yang melengkung meruncing keatas.
Bangunan ini terdiri atas 11 gonjong, 72 tonggak, dan 3 lantai. Eksterior dan interiornya dilengkapi dengan beragam ukiran yang tiap-tiap bentuk dan warna ukirannya mempunyai falsafah sejarah dan budaya Minangkabau. Sementara di ruang tengah dipamerkan berbagai benda bersejarah seperti keramik peninggalan kerajaan Pagaruyung dan berbagai benda kerajinan tangan dari Minang. Uniknya, semua tonggak yang menyangga bangunan ini dibuat miring yang tentunya agak bertentangan dengan teori arsitektur yang ada tapi tidak mengurangi kekokohan bangunan itu sendiri. Selain itu, di bagian halamannya, bangunan istana ini juga dilengkapi dengan bangunan surau, “rangkiang” (yang berfungsi sebagai tempat penyimpan hasil panen), serta “tabuah” (untuk memanggil warga).
Istano Pagaruyung ini sendiri merupakan replika dari bangunan Istano Rajo Alam Pagaruyung yang dibakar Belanda pada tahun 1804 dan dibangun kembali pada tahun 1976. Pada tanggal 27 Februari 2007, Istano Pagaruyung mengalami kebakaran akibat disambar petir dan saat ini masih dalam proses pembangunan kembali. Istana ini dilatarbelakangi oleh panorama Gunung Bungsu yang merupakan sarana wisata sangat cocok untuk camping dan hiking.
Istano Basa Pagaruyung merupakan simbol kebesaran kerajaan Pagaruyung di Minangkabau. Sebuah bangunan artistik unik tradisional yang merupakan replika dari bangunan istano rajo alam pagaruyung yang dibakar Belanda pada tahun 1804 dan dibangun kembali pada tahun 1976. pada tahun 2007 istano pagaruyung kembali terbakar karena disambar petir dan pada saat ini dalam proses penyelesaian pembangunan kembali.
Istano Basa Pagaruyung ini adalah suatu objek wisata sejarah dan budaya yang sarat dengan nilai-nilai yang merepresentasikan kebesaran Minangkabau tempo dulu melalui tata ruang, ragam ukiran dan hiasan serta ornamen kebesaran lainnya.
Beberapa Kali Terbakar
PADA awal abad ke 19 terjadi perang antara para ulama Islam atau kaum Padri melawan kaum bangsawan adat Pagaruyung. Akibatnya kerajaan Pagaruyung terbakar dan banyak bangsawan terbunuh. Tetapi penguasa Pagaruyung, Sultan Muning Alamsyah melarikan diri ke Lubukjambi. Sementara kemenakannya, yaitu Sultan Alam Bagagarsyah naik tahta, namun kedudukannya semakin terdesak serangan Kaum Padri, sehingga keluarga Pagaruyung minta bantuan Belanda. Saat itulah Sultan kehilangan kedaulatannya dan hanya menjadi residen.
Namun Belanda tetap ingin mengembangkan kekuasaannya sehingga akhirnya kaum Padri dan kaum Adat bersatu berusaha mengusir Belanda. Atas tuduhan pengkhianatan, penguasa terakhir Pagaruyung yakni Sultan Alam Bagagarsyah ditangkap Belanda dan diasingkan ke Batavia (Jakarta). Akhirnya sultan ini wafat dan dimakamkan di daerah Mangga Dua.
Dari reruntuhan kerajaan Pagaruyung, tahun 1869 direkonstruksi, tetapi tahun 1961 terbakar. Akhir 1974 gubernur Sumatra Barat Harun Zain berusaha merekonstruksinya di lahan lama milik keluarga kerajaan. Namun pada bulan Februari 2007 tepatnya tanggal 27 terjadi angin topan monsoon yang kencang disertai petir.
Ternyata petir tersebut menyambar tanduk istana tersebut sehingga terjadi kebakaran dan melahap seluruh istana. Termasuk lumbung padi yang berjarak 80 meter dari istana. Pembangunan kembali terakhir ini tentu saja disempurnakan , walaupun hingga sekarang belum diresmikan pembukaannya kembali.
English
Adorned with intricate beautiful wooden carving, this grand palace is the symbol of philosophy, history and culture of minangkabau people. this three-story building has 11 horned roof gables and 72 pillars, a small mosgue, tabuah (big drum) and rangkiang patah x (traditional rice barn ). situated in pagaruyung village tanjung emas sub district, it is about 105 km from padang and 5 hours drive by public transportation. this grand palace is the replica of “rajo alam minangkabau” (A king of minangkabau). it was burnt down by dutch in 1804 and rebuilt again after a monsoon lightning burn down the palace in 2007. some souvenir shops, restaurants and a mosque can be found around. (*)