Jakarta – Indonesia menargetkan menjadi pasar utama wisata halal dunia. Semakin tingginya kebutuhan gaya hidup halal dan beragam destinasi yang dimiliki Indonesia membuat pengembangan sektor ini sangat terbuka.
Tiga provinsi, yakni Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat dan Aceh telah ditetapkan pemerintah pusat menjadi rintisan pengembangan wisata halal ini. Keyakinan Indonesia beralasan. Dari tahun ke tahun peringkat Indonesia dalam Global Muslim Travel Index (GMTI) yang dirilis Crescentrating dan Mastercard menunjukkan posisi terus meroket.
Pada awal GMTI 2015 lalu, peringkat Indonesia berada di urutan keenam dari total 130 negara yang disurvei. Pada 2019, Indonesia menargetkan bisa menempati peringkat pertama setelah setelah tahun ini berhasil meraih posisi kedua.
Dari tiga kriteria utama wisata halal yang disyaratkan GMTI, yakni destinasi yang ramah lingkungan, layanan dan fasilitas yang ramah muslim serta kesadaran halal dan pemasaran destinasi, seluruhnya bisa dipenuhi Indonesia.
Sejumlah pemerintah daerah lain kini juga sudah membuat program khusus untuk melayani kunjungan wisatawan muslim dunia. Predikat sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia dan sejumlah fasilitas pendukung yang lebih memadai menjadikan Indonesia akan lebih diminati.
Tahun depan, Indonesia telah menargetkan bisa mendatangkan 5 juta wisatawan mancanegara (wisman) muslim. Jumlah ini mencapai 25% dari total 20 juta target wisman yang diharapkan masuk ke Indonesia.
“Jika Thailand atau Malaysia dengan jumlah populasi muslim lebih kecil, bisa mendatangkan wisman muslim lebih banyak, seharusnya Indonesia bisa lebih besar lagi,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Untuk menarik wisman muslim ke Tanah Air, menurut Menpar, butuh sejumlah strategi dan pelayanan yang terbaik. Ada empat tantangan yang terus dibenahi, Pertama soal akses meliputi konektivitas udara, jumlah bandara dan kapasitas tempat duduk pesawat. Selain itu konektivitas di darat seperti stasiun, jalan, serta konektivitas laut pelabuhan kapal pesiar. Kedua, aspek komunikasi meliputi jangkauan dan dukungan fasilitas digital. Ketiga lingkungan seperti keamanan dan budaya. Terakhir adalah layanan yang meliputi makanan halal yang sudah disertifikasi, tempat ibadah, hotel dan dan pengalaman unik. “Intinya ada tiga strategi pengembangan destinasi, yakni atraksi, akses, amenitas,” kata Menpar.
Kemenpar pun telah membentuk tim khusus untuk pengembangan wisata halal ini. Ketua Tim Percepatan Wisata Halal Riyanto Sofyan mengungkapkan, wisman muslim antara lain dari Uni Emirat Arab, Qatar, Rusia, Jerman, Malaysia, Singapura, China dan India. Namun untuk memberi layanan yang lebih baik, Indonesia perlu memperbaiki aksesibilitas dari negara-negara yang menjadi orijinasi pasar wisman tersebut. Untuk promosi, pihaknya pun menggencarkan pemasaran dan misi penjualan, misalnya melalui ajang Arabian Travel Mart, Moskow Halal Expo dan Australia Halal Expo.
Peluang untuk memimpin pasar wisman muslim global, tandas Riyanto, sangat terbuka. Dari sisi destinasi beberapa daerah yang dinilai sudah siap sebagai tujuan wisata halal cukup banyak. Di luar tiga provinsi destinasi unggulan, daerah-daerah lain yang siap adalah Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Yogyakarta dan Bali. Untuk bersaing dengan negara lain seperti Malaysia, Indonesia juga tidak akan kesulitan karena sudah banyak melakukan pembenahan di berbagai sektor. Konektivitas jalur udara misalnya, Indonesia jauh lebih baik ketimbang Malaysia.
“Kami selalu optimistis, tapi juga perlu dukungan semangat serta komitmen para pejuang Pesona Indonesia terutama pimpinan daerah,” ujar Riyanto.
Sumber : sindonews.com, 📷: arizwokey