Hoyak Tabuik, Perayaan Ashura Hingga Seni Anak Nagari

0
122

PARIAMAN – seluruh dunia menjalankan sebuah puasa sunat yang dilakukan pada 10 Muharam. Siapa saja yang puasa pada tanggal ini dosanya selama setahun umurnya akan dihapuskan.

Perilaku ini dipercaya adalah bentuk penghargaan pada wafatnya cucu nabi Muhammad, Husein beserta keluarganya dalam perang karbala. Kebudayaan yang berbeda juga mengenang peristiwa ini dengan cara yag berbeda pula. Di Iran misalnya, sejumlah muslim pengikut ajaran Syiah akan mengenakan pakaian hitam tanda berkabung dan menangis selama minggu pertama Muharam.

Perayaan ini juga sampai di tanah pesisiran pulau Sumatera. Di Bengkulu orang-orang menyebutnya sebagai Tabot. Sedang di Pariaman kita mengenalnya sebagai Tabuik.

Jika data sejarah kita buka kembali, bisa diketahui jika perayaan tabuik yang ada saat ini adalah hasil percampuran budaya asing dalam hal ini budaya India muslim penganut Syiah dengan budaya setempat, terlepas dari besar kecilnya pengaruh budaya di dalamnya.

Tabuik Pariaman diduga dibawa oleh orang-orang India muslim yang dibawa oleh Rafles pada abad ke-19 dari perjalananya di Bengkulu. Artinya Tabuik Pariaman lebih muda, hadir setelah Tabot yang dirayakan di Bengkulu. Dia masuk belakangan bahkan saat ajaran islam telah dianut secara umum oleh masyarakat pesisiran.

Perayaan Tabuik yang ada saat ini dipercaya telah mengalami perubahan dan penyesuaian yang sedemikian rupa dari bentuk asli versi India muslim yang pertama. Watak masyarakat Minangkabau dipercaya telah berhasil mentransformasi bentuk perayaan Asyura yang dirayakan oleh kaum muslim Syiah menjadi sebuah produk budaya dan menjadi permaianan anak nagari. (vie)