Sawahlunto – Dalam komposisi musik yang diberi judul “Manunggaling Tekad Basamo” yang dihadirkan Kamis(3/11) malam untuk menyampaikan pesan kehidupan sosial yang damai berdampingan dengan beragam suku dan adat istiadat, kata penata musik tradisi dari kelompok seni Tangka Ensamble, Pangeran Arsola di Sawahlunto, Jumat.
Komposisi musik tradisi itu, lanjutnya, dimainkan oleh sembilan orang pemusik tradisi yang seluruhnya merupakan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang.
Warna musik tradisi khas Minangkabau, jelasnya, diberikan melalui komposisi alat musik tiup khas suku itu, Saluang dan Sarunai, yang disertai dengan sentuhan dendang tradisi khas suku itu.
“Kami mengemasnya dalam tatanan musik gending dengan menggunakan alat musik gamelan dan harmonisasi yang diperoleh dari perpaduan dua jenis aliran musik tradisi itu akhirnya melahirkan sebuah komposisi musik yang mengalun indah dan menghibur,” kata dia.
Sementara itu, Wali Kota Sawahlunto, Ali Yusuf, dalam sambutannya saat membuka kegiatan itu secara resmi, mengatakan pihaknya terus berupaya melakukan pembinaan-pembinaan terhadap kesenian tradisi di kota itu.
“Dari perkembangannya saat ini, kesenian tradisi di Kota Sawahlunto sudah diminati oleh kalangan generasi muda tanpa memandang seni karawitan yang ia geluti berasal dari suku atau adat istiadat tertentu,” ungkapnya.
Salah satunya, tambah dia, terbukti dari beberapa penampilan beberapa jenis kesenian suku Jawa yang justru dimainkan oleh anak-anak keturunan suku Minangkabau di kota itu.
“Pembauran itulah yang menjadi pembeda bagi kota ini dalam mewujudkan visi kota wisata tambang yang berbudaya, dan menjadi salah satu kekuatan dalam membangun daerah ini sebagai salah satu destinasi wisata di Sumatera Barat,” kata dia.
Sebelumnya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto, Sumatera Barat(Sumbar), kembali menggelar kegiatan Festival Wayang Nusantara (FEWANUSA) untuk keempat kalinya, 3-5 November 2016.