Festival Lawang Kota Tua (FLKT), Malang

0
189

Malang, Jawa Timur – Festival Lawang Kota Tua (FLKT) tercatat sebagai ‘member baru’ 100 Calendar of Event 2018 Kementerian Pariwisata. Namun, event ini langsung tancap gas. Keseruan dihadirkan sejak awal.

Edisi perdana FLKT ini diikuti oleh 250 stand. Stand ini terbagi dalam dua genre, yaitu zaman now dan zaman old. Untuk slot stand zaman now ada 190 stand. Sedangkan stand zaman old diberi slot 60 titik.

FLKT 2018 resmi meluncur Kamis (27/9), pukul 13.00 WIB. Event ini dipusatkan di kawasan Pujasera Lawang, Lawang, Kabupaten Malang. Ceremony-nya berlangsung meriah. Beragam tarian disajikan. Hasilnya, sekitar 1.765 wisatawan datang menyaksikan.

“Ini adalah penyelenggaraan pertama event. Kami gembira karena Lawang kini memiliki festival. Event ini juga masuk dalam Top 100 untuk Calendar of Event. Kami mengucapkan banyak terima kasih pada Kemenpar,” ungkap Penggagas dan Ketua Penyelenggara FLKT 2018 Tarmudji.

Sebagai kesan pertama, Tari Jaranan ditampilkan dalam pembukaan. Tarian ini dibawakan secara massal oleh sekitar 200 siswa/siswi SDK Santo Fransiscus, Lawang.

Penari yang duduk di bangku kelas 3 hingga 6 ini mengenakan kostum merah-hitam. Warna opening semakin kental dengan musik angklung. Musik ini dibawakan oleh Grup Lansia Singosari. Lalu, ditutup aksi patrol-angklung.

“Wilayah Lawang ini menjadi gerbang besar bagi pariwisata Malang Utara. Apalagi potensinya sangat besar. Dengan festival ini, kami ingin posisi Lawang sebagai Kota Tua sejajar dengan wilayah lain,” kata Tarmudji lagi.

Nama Kota Tua dipilih sebagai label festival karena banyaknya bangunan klasik era kolonial Belanda. Total jumlahnya ada 300 bangunan yang tersebar di beberapa spot. Dari jumlah tersebut, beberapa fisik bangunan tidak lagi utuh. Bahkan, sudah ada berganti status kepemilikan.

Selain itu bangunan tua, Lawang juga memiliki 30 destinasi. Proporsinya, 10 destinasi alam dan 20 buatan.

Perwakilan Tim Calendar of Event (CoE) Kemenpar Raseno Arya mengatakan, event ini mempunyai potensi besar.

“FLKT luar biasa. Ini baru opening, pengunjungnya besar. FLKT ini event pertama dan langsung masuk CoE. Meski baru pertama digelar, event ini sudah melewati kurasi yang ketat,” tutur Raseno.

Sebelum menjadi ‘anggota’ CoE, FLKT sudah dimulai 6 tahun silam. Dimulai dari event budaya sederhana dan diselingi pameran. Beberapa event yang digelar diantaranya, Festival Budaya 2017.

Event ini memberi ruang ekspresi bagi para seniman di wilayah Lawang. Untuk pameran, beragam benda dan produk lokal sudah ditampilkan. Beberapa diantaranya, pameran benda pusaka.

Staf Khusus Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuti menjelaskan, FLKT ini akan menguatkan posisi Lawang dan pariwisata Kabupaten Malang. Namun, evaluasi dan inovasi harus diberikan agar FLKT tampil lebih fresh di tahun 2019.

“FLKT menjadi inspiasi bagi pariwisata Kabupaten Malang. Posisinya luar biasa. Dengan digelar reguler, FLKT akan menaikan jumlah kunjungan wisatawan ke wilayah Lawang. Namun, evaluasi tetap harus dilakukan. Perubahan-perubahan harus dilakukan agar tahun depan lebih baik lagi. Dari gelaran event saat ini, Lawang sudah mendapatkan pembelajaran yang cukup,” jelas Esthy.

Menjadi magnet penarik wisatawan, FLKT otomatis jadi mesin penggerak ekonomi di wilayah Lawang.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menerangkan, muara dari aktivitas pariwisata adalah kesejahteraan dari masyarakat.

“Untuk besar, festival ini memenuhi semua aspek. Atraksi, aksesibilitas, dan amenitasnya terbaik. Ke depan, FLKT akan jadi salah satu mesin ekonomi terbaik masyarakat. Sebab, muara dari event adalah berjalannya aktivitas ekonomi,” tutur Menteri yang membawa Kemenpar No 1 dan terpilih sebagai #TheBestMinistryofTourism2018 se Asia Pacific di Bangkok. (*)