Destinasi Sumbar dalam Puisi

0
150

Padang – Percayalah, tiap larik puisi bisa mengantar kita menapak jalan yang biasa kita lalui menjadi petilasan baru dengan bait-baitnya yang melintas di sepanjang mata memandang. Dan piknik via puisi ini bisa direkomendasikan kepada umat-dengan-kerut-kening-setiap-waktu itu.

Pantai Gondoriah

Gondoriah/kehendakmu alam menentukan/segala gelombang telah disibakkan/dan aku akan pulang sebelum rembang petang (Ombak Laut Sailan-Esha Tegar Putra)

Ribuan orang tumpah di pasir pantai ini ketika masa Batabuik tiba. Jumlahnya pun melebihi pengunjung pada hari raya. Jika tak ingin berada dalam sesak manusia pada saat Batabuik, baiknya luangkan waktu pada hari-hari sebelum akhir pekan untuk datang ke Gondoriah.

Pantai di sebelah barat Kota Pariaman ini menawarkan aroma laut dengan jajanan rakik dan sala lauak serta gulai ikan yang disantap dengan nasi sek. Ya, nasi sek, nasi seribu kenyang yang terkenal itu. Dan jangan segera pulang setelah kenyang, karena melihat matahari terbenam di pantai ini adalah peristiwa yang tak pantas untuk tidak diacuhkan.

Jam Gadang

Seperti suara rel di penurunan lembah/dipukul batu/berkali dan berkali/bergaung mengenai jantung hati//”Di hadapan jam gadang mengapa orang-orang masih bertanya/jam berapa hari?” (Bukittinggi-Esha Tegar Putra)

Bukittinggi dikunjungi banyak orang saban akhir pekan. Area Jam Gadang tentunya menjadi lokasi populer para pengunjung yang datang ke kota di dataran tinggi Sumatera Barat ini. Namun, ada baiknya memilih waktu tertentu untuk datang ke Jam Gadang ini. Seperti datang lebih pagi. Sebab, apa yang lebih romantis selain mendengar dentang jam pagi-pagi dengan halimun tipis di kota ini? Dan, jangan lupa untuk membawa sebuah buku puisi, juga segelas kopi.