Cerita Rakyat Asal Usul Munculnya Batu Talempong (Bagian Tiga)

0
126

Limapuluh kota – Sumbar menjadi kekayaan baru bagi dunia kebudayaan dan pariwisata Sumbar, karena selama ini batu yang tergolong langka di dunia itu masih belum familiar di Indonesia dan Sumbar pada khususnya.

Di Indonesia sendiri hanya ada beberapa lokasi yang memiliki kemiripan Batu Talempong, yang berbunyi jika ditokok, diantaranya di Gunung Padang Cianjur Jawa Barat. Batu berbunyi nyaring ini juga ada di Desa Kertagennah Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan Jawa Timur. Namun di desa ini hanya ditemukan satu batu yang bisa berbunyi nyaring jika ditokok. Sementara di Goa Gong Pacitan Jawa Timur, batu yang berbunyi nyaring itu lebih mirip suara gong.

Sementara di Talang Anau Sumbar, ada enam batu yang berbunyi lantang seperti Talempong, bahkan batu itu juga bisa berbunyi sendiri tanpa ditokok atau disentuh. Selain itu, keberadaan Batu Talempong di Sumbar ini lebih istimewa, karena memiliki cerita rakyat yang tak tak dimiliki oleh daerah lain yang memiliki batu berbunyi tersebut.

Menurut Ril Afrizal selaku Juru Kunci Batu Talempong, cerita rakyat Batu Talempong ini didapat secara turun temurun dari nenek moyang mereka dan masyarakat Talang Anau meyakini jika cerita rakyat itu adalah suatu kebenaran yang terjadi pada masa lalu, sebelum tahun 1400 Masehi

“Batu Talempong ini ditemui oleh warga Talang Anau juga, yang bernama Syamsudin. Konon, Syamsudin ini yang mengumpulkan semua Batu Talempong dan membawanya ke tempat sekarang ini,” ujar Ril Afrizal.

Ril Afrizal menceritakan, penemuan Batu Talempong itu berawal dari mimpi Syamsudin yang bertemu dengan seorang kakek bersorban dan berbaju putih serta berjanggut panjang yang juga berwarna putih.

Dalam mimpi tersebut, kakek misterius itu meminta Syamsudin untuk mencari sejumlah benda dalam hutan, karena benda itu nantinya yang akan memberi banyak manfaat bagi masyarakat banyak. Kakek itu memberikan sinyal berupa sinar putih terhadap lokasi benda yang akan dicari dan dikumpulkan.

“Awalnya Syamsudin menganggap itu hanyalah sebuah mimpi yang tak ada arti. Tapi karena mimpi itu terus berulang selama tiga malam berturut-turut, akhirnya Syamsudin mengikuti arahan kakek dalam mimpi itu,” cerita Ril Afrizal.

Namun ketika Syamsudin mengikuti petunjuk mimpi itu, ia sama sekali tidak menemukan adanya benda yang bersinar. Ia hanya menemui batu yang bentuknya biasa seperti batu lain. Namun karena batu itu berada persis sesuai arah sinar putih dalam mimpi, akhirnya batu ini dibawa ke perkampungan.

“Batu itu ditemukan terpisah, bukan di tempat yang sama. Ada sebanyak enam batu yang ditemukan dan dikumpul, kemudian dibawa ke perkampungan. Batu inilah yang sekarang ada di kampung kami ini,” ulas Ril Afrizal.

Setelah menemukan batu itu, Syamsudin sering bersemedi diantara Batu Talempong itu.

“Tak ada yang tahu sampai kapan Syamsudin bersemedi. Dari cerita yang didapat, Syamsudin menghilang saat bersemedi di sekitar Batu Talempong ini. Hingga saat ini, kami meyakini Syamsudin masih menunggu Batu Talempong ini, sehingga ada ritual sedikit sebelum menokok Batu Talempong ini,” jelas Ril Afrizal