Berjalan ke Pariaman, Mengintip Beruk-beruk Pemetik Kelapa

0
128


PARIAMAN – sejak zaman pra kolonial telah dikenal sebagai Daerah penghasil kopra nomor satu. Iklim tropis yang berkembang sepanjang tahun membuat daratan ini menjadi surga tumbuhan kelapa.

Sejarah mencatat, kelapa-kelapa dari Pariaman telah ditukarkan dengan hasil ladang yang di panen dari lereng-lereng gunung di dataran tinggi sana. Kelapa ini juga menjadi salah satu bumbu nomor satu untuk membuat rendang Minangkabau yang tersohor. Kelapa sama halnya juga dengan garam, menjadi bahan pokok yang dibawa pulang jika pedagang dataran tinggi menempuh daerah pesisiran.

Permintaan pasar yang tinggi pada kelapa membuat lowongan pekerjaan sebagai pemanjat dan memetik kelapa tersedia begitu banyak.

Orang-orang kala itu memutar otak dan pada akhirnya, beruk, yang akibat permintaan pasar dan barangkali memang ditakdirkan zaman untuk bekerja sebagai pemetik kelapa bagi orang-orang di sepanjang bibir pantai.
Dalam sebuah catatan saudagar Belanda, disebutkan beruk-beruk pemanjat dan pemetik buah kelapa ini telah lazim digunakan bahkan dari abad ke-18.

Pada awal Oktober, saya menemui Jasman, seorang pedagang beruk di pasar ternak Pariaman. Dia mengatakan beruk-beruk pemetik kelapa ini sepanjang pengetahuannya telah digunakan sejak zaman leluhur, jauh sebelum generasinya.

Dia mengaku telah menjalani karir sebagai penyuplai beruk setidaknya hampir 40 tahun. Sebelum bisa memetik buah kelapa dengan benar, beruk-beruk itu harus menjalani serangkaian pelatihan khusus agar bisa bekerja memetik kelapa dengan efektif.