Satu dekade lalu, kawasan Batu Patah Payo, Kelurahan Tanahgaram, Kecamatan Lubuak Sikarah, Kota Solok belum banyak dikenal masyarakat, karena letaknya yang berada di pinggiran kota. Tapi semuanya mulai berubah dalam lima tahun belakangan, ratusan masyarakat setempat yang mayoritas sebagai petani, mulai mendapat perhatian ekstra.
Berbagai potensi daerah dikembangkan, hingga kini dikenal menjadi salah satu agrowisata andalan Kota Solok, dikenal dengan nama agrowisata Batu Patah Payo. Seperti apa kondisinya?
Berjarak sekitar lebih kurang 7 kilometer dari pusat Kota Solok. Pengunjung akan disuguhi pemandangan sawah khas Solok, setelah itu hamparan rimbunnya hutan dan kebun menjadi penyejuk mata saat kendaraan menikung dan mendaki terjalnya jalan menuju agrowisata tersebut.
Sesampai di sana, tagline berukuran 2 meter x 10 meter bertuliskan Agrowisata Batu Patah Payo, menyambut kedatangan pengunjung. Warna-warni dan semerbak bunga menambahkan keindahan taman di depan tagline tersebut, dibalut dengan latar pemandangan Kota dan Kabupaten Solok yang terlihat jelas jika cuaca sedang bagus-bagusnya.
Bagi yang suka menikmati suasana sambil menyeruput kopi, disana juga ada beberapa kedai untuk sekadar makan mi atau minum kopi. Tak tanggung-tanggung, kopi yang disuguhkan pun kopi Payo asli, yang ditanam, dipetik dan diolah oleh petani setempat.
Salah satu yang menjadi daya tarik utama ialah bunga krisan. Bagi pecinta bunga, agrowisata Batu Patah Payo sangat tepat dan direkomendasikan untuk dikunjungi, sebab disana ada penangkaran khusus bunga krisan, bunga yang indah dengan berbagai macam pilihan warna.
Luas lahan krisan saat ini untuk Kota Solok sekitar 500 meter persegi dalam green house dan 100 meter persegi di pekarangan masyarakat. Varietas unggul krisan yang telah dikembangkan di kawasan agrowisata Payo.
Berbagai varietas krisan bunga potong ada di agrowisata terabut, di antaranya varietas Yulita, Sintanur, Dewi Ratih, Arosuka Pelangi, Trissa, Socakawani, Velma, Vania, Cintamani, Marimar, Irana, Cayapati dan Sabiya. Sedangkan untuk krisan pot teridiri dari varietas Avanthe Agrihorti, Armita Agrihorti, Naura serta Zwena.
Permintaan bunga krisan juga tetap stabil meskipun dalam masa pandemi permintaan krisan pot dalam tempo satu pekan habis 400 hingga 500 pot. Untuk harga krisan pot sekitar Rp 20 ribu per pot dan krisan potong dengan harga Rp 2 ribu per tangkai.
Dan yang tak kalah penting, di kawasan agrowisata Batu Patah Payo, banyak spot-spot bagus untuk berfoto, hiasan tanaman bunga menjadi daya tarik tersendiri bagi kawasan tersebut. Terlebih pemandangan yang ditawarkan juga memikat mata.
Sejak resmi dibuka kembali setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kawasan Agrowisata Batu Patah Payo, Kota Solok , Sumatra Barat kian ramai dikunjungi masyarakat. Dalam sehari, kunjungan wisatawan bisa mencapai lebih kurang seribu orang.
Salah seorang pengunjung yang ditemui Padang Ekspres, Yanti Ishaq, 37, menyebut aa sengaja ke Batu Patah Payo untuk mencari bunga krisan pot, apalagi saat ini bunga menjadi tren dikalangan ibu-ibu. Meskipun demikian, suasana dan pemandangan Batu Patah Payo sangat sayang untuk dilewatkan tanpa berfoto.
Pengunjung lainnya, Delfi, 32, menyebut Batu Patah Payo menjadi alternatif baginya untuk mengajak main anak-anaknya. Hawa yang cukup sejuk khas perbukitan membuat suasana bermain bersama anak lebih tenang.
Terpisah, pengelola Agrowisata Batu Patah Payo, Zulkifli Ishaq mengatakan, memang saat ini kawasan seluas 1,5 hektare tersebut masih dalam tahap pengembangan. Sejumlah pembenahan dan penambahan sarana penunjang menjadi perhatian.
Dijelaskannya, kawasan Batu Patah Payo dari awal memang memplot dan sangat menonjolkan budi daya bunga krisan, sebagai objek utama agrowisata tersebut. Saat ini di areal 1,5 hektare tersebut, baru ada dua green house untuk budi daya. tingginya minat, juga masih sangat kurang untuk memenuhi permintaan pengunjung.
“Satu green house untuk bunga yang dijual, satunya lagi untuk pembibitan dan tempat berfoto sampai bunga layak jual, jadi kita masih butuh green house lagi, sebab permintaan sangat tinggi,” jelasnya.
Selain bunga krisan, ikon kedua objek wisata Batu Patah Payo yakni kopi Payo. Kopi Payo merupakan kopi jenis robusta yang memang masih peninggalan saat tanam paksa oleh Belanda dulu kalanya. “Nanti sekitar 30 hektare lahan lagi, bersama masyakarat sekitar, akan kita maksimalkan lagi tanaman kopi, dan berbagai komoditi pertanian lain,” tambahnya.
Untuk menikmati sensasi mewah dari destinasi itu, wisatawan masih dibebaskan dari retribusi.Namun demikian, bagi pengunjung yang tidak keberatan juga bisa memberikan uang parkir seikhlasnya pada petugas. (penulis : frikel adilla mender/padek)